1. Penalti Cungkil Ala Panenka
Cekoslowakia bertemu Jerman Barat di final Piala Eropa 1976. Setelah
menggelar pertandingan selama 120 menit karena skor di babak normal
tetap berkesudahan 2-2, babak adu penalti pun dilakukan.
Semua algojo sukses melakukan tugas sampai penendang keempat Jerman
Barat, Ulli Hoenes, gagal. Bola sepakannya terbang jauh ke atas mistar.
Skor 3-3, Cekoslovakia di atas angin.
Beban berat berada di Antonin Panenka, algojo nomor empat Cekoslovakia.
Ia mengambil jarak cukup jauh, berlari kencang, dan menendang bola
dengan cara tak terduga: mencungkil bola dengan tenang. Seep Maier,
salah satu kiper terbaik dunia saat itu, bergerak ke kiri, sementara
bola cungkilan Panenka meluncur mulus ke tengah.
Cekoslovakia pun menjadi juara Piala Eropa untuk kali pertama. Dunia
terperangah. Gaya Panenka dalam mengesekusi penalti kemudian menjadi
avant garde dalam sepakbola. Beberapa media menyebut tendangan penalti
tersebut seperti "puisi". Para maestro sepakbola seperti Francesco Totti
dan Zinedine Zidane juga pernah turut melakukannya.
2. Adu Koin Italia
Di final Piala Eropa 1968, sejarah mencatat dua kejadian menarik.
Pertama, pemenang babak semifinal antara Italia dan Uni Soviet harus
ditentukan oleh koin. Kedua, pertandingan final antara Italia melawan
Yugoslavia diulang setelah selama 120 menit mereka hanya bermain seri
1-1.
Italia saat itu dilatih oleh Pelatih Ferruccio Valcareggi dengan skuad
yang diseraki banyak pemain legendaris seperti Dino Zoff, Giacinto
Facchetti, Tarciso Burgnich, Sandro Mazzola, dan top skorer Italia
sepanjang masa, Giani "Gigi" Riva.
Banyak pengamat menilai Italia menjadi juara murni hanya karena faktor
keberuntungan. Di babak semifinal, ketika skor tetap berakhir seri 1-1
setelah melalui babak perpanjangan, pemenang ditentukan oleh adu koin,
karena saat itu belum dikenal adu penalti.
Di babak final Italia menghadapi Yugoslavia. Keberuntungan kedua kembali
menghampiri Italia. Skor yang berakhir seri 2-2 setelah melewati
pertandingan selama 120 menit, membuat pertandingan harus diulang.
Setelah istirahat dua hari, pertandingan ulang digelar di Stadion
Olimpico pada 10 Juni. Italia berhasil mengungguli Yugoslavia dengan
skor 2-0.
3. Golden Goal Trezeguet
De Kuip Stadion, Belanda, Piala Eropa tahun 2000. Markas klub Feyenoord
itu menjadi saksi perhelatan babak final Prancis bertemu Italia. Prancis
yang saat itu diunggulkan karena baru berhasil menjadi juara Piala
Dunia dua tahun sebelumnya, menunjukkan kelasnya. Italia berhasil
dikalahkan dengan skor 2-1 lewat babak golden goal yang dramatis.
Marco Delvecchio membuat Italia unggul sepuluh menit tak lama setelah
babak kedua dimulai. Skor bertahan hingga babak injury time menuju
penghabisan. Sylvain Wiltord yang berhasil menerabas barisan pertahanan
Italia dari sisi kanan sukses menceploskan bola ke gawang Fransesco
Toldo.
Pertandingan akhirnya dilanjutkan ke babak tambahan, dengan sistem
golden goal yang saat itu masih berlaku. Tak butuh waktu lama bagi
Prancis untuk memastikan keunggulan. Semua bermula ketika Robert Pires
sukses menggiring bola dari sisi kir, mengirim umpan ke David Trezeguet
yang berada di kotak penalti. Dengan sepakan voli kaki kiri, Trezeguet
berhasil mengoyak gawang Italia
Peancis 2, Italia 1. Piala Eropa terbang ke tanah Napoleon Bonaparte.
4. Dinamit Denmark
Tim Nasional Denmark tahun 1992 adalah salah satu kejutan dalam sejarah
sepakbola. Bermaterikan pemain yang tidak mentereng, mereka sukses
meraih Piala Eropa untuk kali pertama.
Jatah tiket Denmark untuk mengikuti Piala Eropa tahun 1992 sejatinya
adalah "pemberian" Yugoslavia yang tengah mengalami konflik etnis dan
akhirnya didiskualifikasi. Dengan motivasi ekstra karena tertimpa durian
runtuh seperti itu, Denmark menjadikan tiap pertandingan di Piala Eropa
1992 layaknya final. Mereka berhasil lolos ke babak sistem gugur dari
grup maut yang dihuni Inggris, Prancis dan Swedia. Mereka pun sukses
meluluhlantakkan juara bertahan Belanda di babak semifinal lewat adu
penalti.
Di final mereka bertemu Jerman. Dua gol dari John Jensen dan Kim Vilfort
seakan menjadi tamparan keras bagi sebagian besar pengamat yang
mengatakan Denmark hanyalah tim kacangan. Dalam pertandingan ini pula,
dunia kemudian mulai mengenal nama-nama pesepakbola legendaris seperti
Brian Laudrup dan Peter Schmeichel.
5. Yunani Underdog Yang Melegenda
2004: underdogs menjadi juara. Tampil bukan sebagai unggulan, Yunani,
Negeri seribu dewa mengguncang dunia dengan membawa tropi juara Piala
Eropa 2004 ke negeri mereka.
Ditukangi si cerdas Otto Rehhagel mereka membuat salah satu kejutan
terbesar dalam sejarah Piala Eropa. Juara bertahan Prancis dilibas.
Portugal harus merasakan pahitnya kekalahan dari sang hercules dua kali:
pada partai pembuka dan puncak di kandang mereka sendiri.
5 Momen Legendaris Euro Yang Tak Terlupakan
Total Tayangan Halaman
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar